Rasanya seperti baru kemarin
Aku melompat kegirangan manakala suara bep berbunyi
Rasanya seperti baru kemarin
Aku nyengir sendiri menikmati buaian diksimu
Rasanya seperti baru kemarin
Aku menikmati degup jantung saat mengingat namamu
Rasanya seperti baru kemarin
Kau memanggil namaku, dan bertanya "Lagi apa ?"
Ya, semuanya seperti baru saja terjadi
Ketika diingat satu persatu, aku seperti tengah menonton film AADC
Baru tersadar,
Aku harus mundur satu langkah untuk melompat lebih jauh
Sekarang sudah musim kemarau
Aku tau
Kau butuh salju
Aku butuh semi
Rasa ini adalah naif yang terlalu
Tak bisa diteruskan
Cukup aku dan Tuhan yang boleh berbisik tentang (ini)
Kau tak boleh dengar
Karena ini adalah baru kemarin yang aku
Qalam, Bondowos, 28 April 2019 (RDN)
Minggu, 28 April 2019
Kamis, 04 April 2019
Jera
Kesekian kali
kami berpapasan dalam ruang waktu
Kali ini
bertatap muka, namun sepersekian detik
Kita tak bisa,
atau mungkin tak boleh lagi berseru dalam kalimat-kalimat syahdu
Hanya bisa
tertegun dalam remahan kertas di tangan
Ribuan kali
diri meminta agar cebol tak perlulah melihat bulan
Agar tak lagi
bermimpi dan mengungkit masa yang terlalu berat
Tapi, takdir
lagi-lagi tak bisa diajak kompromi
Mereka berjalan
semaunya sendiri
Dalihnya, ini
yang terbaik
Padahal makna
keadilan terlalu rancu untuk dijabarkan olehku
Hitungannya
sekali lagi di masa yang akan datang
Bagaimana lagi,
diri ini hanya boneka
Berjalan,
berlari, dan bahkan menutup mata itu diterima begitu saja
Bahkan ketika
tulang belulang remuk, sementara nafsu dan logika bersepakat,
Ya jalan
Andai takdir
bisa kita ajak kompromi
Maka aku ingin
berkata "Jera"
Qalam /
Bondowoso, 4 April 2019
Selasa, 02 April 2019
Mati Kau !
Mati Kau !
Kali ini, ribuan prajurit sudah berpihak kepadaku
Siap dengan ribuan kuda gagah berani, lengkap pula dengan
senjata
Begini akibatnya jika kau berani menikamku dengan janji-janji
palsumu
Kau bukan raja, kau hanya seonggoh mahkluk yang penuh luka
Lagipula jika kau raja sekalipun kami tak perduli
Aku hanya akan membunuhmu dengan ribuan prajurit saja
Hingga dagingmu terkoyak-koyak oleh amarah yang buta
Ataupun matamu hancur lebur oleh gempuran senjata
Ku pastikan, telingamu bising sebisingnya dengan desingan
peluru, dan pedang
Makanya, jangan kau berani beruntai kepalsuan
Makanya, jangan kau hidup dibawah mata hati tirani
Goblok sih !
Berdalih demi keadilan,
Berkedok demi kebaikan
Kebaikan siapa ?
Keadilan siapa ?
Aku sudah terlalu sering bertemu Pandawa
Tapi tak satu pun yang katanya mirip denganmu
Arjuna ? Bukan lag, terlalu mashyur
Sudah.. prajuritku sudah siap menyerbu
Pasrah saja, lari kemana pun Kau hanya akan bertemu
denganku
Karena aku adalah prajuritku, Aku adalah senjataku, dan
aku adalah kematianmu
Beginilah pembusukan yang berisi kebencian
Bau amis derita, akan lebih tercium, dari kebencian itu
sendiri
Diamlah..
Serang sekarang !!!
Qalam /
Bondowoso, 3 April 2019
Langganan:
Postingan (Atom)