Minggu, 28 April 2019

Baru Kemarin

Rasanya seperti baru kemarin
Aku melompat kegirangan manakala suara bep berbunyi
Rasanya seperti baru kemarin
Aku nyengir sendiri menikmati buaian diksimu
Rasanya seperti baru kemarin
Aku menikmati degup jantung saat  mengingat namamu 
Rasanya seperti baru kemarin
Kau memanggil namaku, dan bertanya "Lagi apa ?"

Ya, semuanya seperti baru saja terjadi
Ketika diingat satu persatu, aku seperti tengah menonton film AADC
Baru tersadar,
Aku harus mundur satu langkah untuk melompat lebih jauh
Sekarang sudah musim kemarau
Aku tau
Kau butuh salju
Aku butuh semi
Rasa ini adalah naif yang terlalu
Tak bisa diteruskan
Cukup aku dan Tuhan yang boleh berbisik tentang (ini)
Kau tak boleh dengar
Karena ini adalah baru kemarin yang aku 

Qalam, Bondowos, 28 April 2019 (RDN) 



Kamis, 04 April 2019

Jera


Kesekian kali kami berpapasan dalam ruang waktu
Kali ini bertatap muka, namun sepersekian detik
Kita tak bisa, atau mungkin tak boleh lagi berseru dalam kalimat-kalimat syahdu
Hanya bisa tertegun dalam remahan kertas di tangan
Ribuan kali diri meminta agar cebol tak perlulah melihat bulan
Agar tak lagi bermimpi dan mengungkit masa yang terlalu berat
Tapi, takdir lagi-lagi tak bisa diajak kompromi
Mereka berjalan semaunya sendiri
Dalihnya, ini yang terbaik
Padahal makna keadilan terlalu rancu untuk dijabarkan olehku
Hitungannya sekali lagi di masa yang akan datang
Bagaimana lagi, diri ini hanya boneka
Berjalan, berlari, dan bahkan menutup mata itu diterima begitu saja
Bahkan ketika tulang belulang remuk, sementara nafsu dan logika bersepakat,
Ya jalan
Andai takdir bisa kita ajak kompromi
Maka aku ingin berkata "Jera"

Qalam / Bondowoso, 4 April 2019

Selasa, 02 April 2019

Mati Kau !


Mati Kau !
Kali ini, ribuan prajurit sudah berpihak kepadaku
Siap dengan ribuan kuda gagah berani, lengkap pula dengan senjata
Begini akibatnya jika kau berani menikamku dengan janji-janji palsumu
Kau bukan raja, kau hanya seonggoh mahkluk yang penuh luka
Lagipula jika kau raja sekalipun kami tak perduli
Aku hanya akan membunuhmu dengan ribuan prajurit saja
Hingga dagingmu terkoyak-koyak oleh amarah yang buta
Ataupun matamu hancur lebur oleh gempuran senjata
Ku pastikan, telingamu bising sebisingnya dengan desingan peluru, dan pedang
Makanya, jangan kau berani beruntai kepalsuan
Makanya, jangan kau hidup dibawah mata hati tirani
Goblok sih !
Berdalih demi keadilan,
Berkedok demi kebaikan
Kebaikan siapa ?
Keadilan siapa ?
Aku sudah terlalu sering bertemu Pandawa
Tapi tak satu pun yang katanya mirip denganmu
Arjuna ? Bukan lag, terlalu mashyur
Sudah.. prajuritku sudah siap menyerbu
Pasrah saja, lari kemana pun Kau hanya akan bertemu denganku
Karena aku adalah prajuritku, Aku adalah senjataku, dan aku adalah kematianmu
Beginilah pembusukan yang berisi kebencian
Bau amis derita, akan lebih tercium, dari kebencian itu sendiri
Diamlah..
Serang sekarang !!!

Qalam / Bondowoso, 3 April 2019